Inflasi 2014
Capai 8,36 Persen
Jumat, 2
Januari 2015 ;10:29 WIB
JAKARTA, - Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat tingkat inflasi nasional pada 2014 mencapai 8,36 persen, atau sedikit
lebih rendah dari laju inflasi pada 2013 sebesar 8,38 persen.
"Inflasi
nasional lebih rendah dari 2013, meskipun sama-sama tinggi, akibat terjadi
kenaikan harga BBM.Tingkat inflasi yang relatif tinggi ini dipengaruhi oleh
komoditas yang harganya berfluktuasi sepanjang tahun 2014, diantaranya bensin
yang menyumbang andil 1,04 persen.
Selain itu, tarif listrik menyumbang andil inflasi pada 2014 sebesar 0,64
persen, angkutan dalam kota 0,63 persen, cabai merah 0,43 persen, beras 0,38
persen dan bahan bakar rumah tangga 0,37 persen.
Komoditas lainnya seperti tarif angkutan udara juga ikut menyumbang laju
inflasi nasional 2014 yaitu 0,22 persen, diikuti oleh cabai rawit sebesar 0,19
persen dan nasi dengan lauk 0,18 persen.
Secara keseluruhan, tingkat inflasi nasional dipengaruhi oleh tingginya laju inflasi
pada Desember 2014 yang tercatat mencapai 2,46 persen, karena terkena dampak
kenaikan harga BBM bersubsidi pada November lalu.
Sementara, inflasi komponen inti Desember 2014 tercatat sebesar 1,02 persen dan
inflasi inti secara tahunan mencapai 4,93 persen.
Kelompok yang menjadi penyumbang inflasi tinggi pada Desember antara lain
kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 5,55 persen, diikuti
kelompok bahan makanan 3,22 persen.
"Kelompok transportasi menyumbang inflasi tinggi, karena tarif angkutan
kota terkena dampak dari kebijakan pemerintah yang menyesuaikan harga premium
dan solar.
Kemudian, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, inflasi sebesar
1,96 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 1,45 persen
dan kelompok kesehatan 0,74 persen.
Terakhir, kelompok sandang ikut menyumbang inflasi pada Desember 2014 yaitu
sebesar 0,64 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yang hanya
menyumbang inflasi 0,36 persen.
Dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) seluruhnya mengalami inflasi pada
Desember, dengan inflasi tertinggi di Merauke 4,53 persen dan terendah di
Meulaboh 1,17 persen.
Utang Luar
Negeri Swasta Lampaui Pemerintah
Sabtu, 3 Januari 2015 | 07:19 WIB
JAKARTA,- Jumlah utang luar negeri (ULN) swasta cenderung terus
meningkat. Berdasarkan data terbaru Bank Indonesia, ULN swasta per Oktober 2014
mencapai 161,3 miliar dollar AS.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung
mengungkapkan, angka tersebut setara dengan 54,8 persen dari total ULN yang
sebesar 294,5 miliar dollar AS. “Jumlah ULN swasta saat ini bahkan telah
melebihi jumlah ULN pemerintah,” kata Juda di Gedung BI, Jakarta, Jumat
(2/1/2014).
Menurut Juda, Bank Indonesia juga melihat bahwa ULN swasta tersebut rentan
terhadap sejumlah risiko, terutama risiko nilai tukar atau currency
risk, risiko likuiditas alias liquidity risk dan juga
risiko beban utang yang berlebihan atau overleverage risk.
“Risiko ULN swasta juga semakin tinggi karena prospek perekonomian masih
diliputi oleh berbagai ketidakpastian,” ucapnya.
Juda bilang, likuiditas global diperkirakan akan mengetat pada tahun 2015 ini,
seiring dengan berakhirnya kebijakan moneter akomodatif di Amerika Serikat
berupa tapering off.
Pada saat yang bersamaan, ekonomi negara-negara emerging market yang menjadi
mitra dagang utama Indonesia, diperkirakan masih akan mengalami perlambatan
disertai dengan harga komoditas ekspor di pasar internasional yang masih
rendah.
“Kondisi ini menyebabkan beban pembayaran ULN berpotensi meningkat dan
sebaliknya, kapasitas membayar ULN berpotensi menurun.
Sumber: